Dengan sifatnya yang demikian, Tongkonan dapat diartikan beberapa fungsi, antara lain pusat budaya, pusat pembinaan keluarga, pembinaan peraturan keluarga dan kegotongroyongan, pusat dinamisator, motivator dan stabilisator sosial, sehingga fungsi Tongkonan tidaklah sekedar sebagi tempat untuk duduk bersama, lebih luas lagi meliputi segala aspek kehidupan. Apabila mempelajari letak dan upacara-upacara yang dilaksanakan, melalui simbol-simbolnya akan diketahui bahwa Tongkonan adalah simbol sosial dan simbol alam raya. Oleh karena itu, orang Toraja sangat men”sakral”kan Tongkonan.
Sebuah Tongkonan tidak hanya sebagai tempat hunian semata tapi juga mengandung fungsi dan makna yang bersumber dari filosofi orang Toraja, fungsi Tongkonan bagi orang Toraja sebagai tempat rumpun keluarga dalam melaksanakan upacara-upacara yang berkaitan dengan sistem kepercayaan, sistem kekerabatan, sistem kemasyarakatan dan lainnya selain itu Tongkonan juga berfungsi sebagai tempat membicarakan dan memutuskan aturan-aturan dalam masyarakat yang mengatur hubungan interaksi sosial, juga pusat pembinaan tentang gotong royong, tolong menolong dan lainnya.
Makna
Rumah adat Tongkonan yang sarat dengan ukiran mengandung makna yaitu melambangkan status sosial pemilik Tongkonan menempati lapisan atas, seperti untuk mengenal latar belakang atau status sosial serta nama marga seseorang hanya dengan menanyakan Tongkonan asalnya Selanjutnya dikemukakan bahwa seseorang dalam pola hidup yang artinya pola pikir diwujudkan dalam perilaku harus di tempatkan di dalam kerangka dan struktur yang sudah melembaga di dalam adat, sebab orang adalah bagian dalam persekutuan komunitas yang berakar dalam Tongkonan.
Secara filosofis Tongkonan selalu bertolak pada falsafah kehidupan yang diambil dari ajaran Aluk Todolo, dimana bangunan rumah adat mempunyai makna dan arti dalam semua proses kehidupan masyarakat Toraja. Tongkonan adalah simbol keluarga dan martabat orang Toraja. Jika tongkonan digadaikan, apalagi dijual, ini ibarat menggadaikan atau menjual martabat keluarga dan nenek moyang kami, dan ini menimbulkan malu bagi anggota keluarga tongkonan. Harta tongkonan dapat ditambah, tapi tidak dikurangi untuk keberlangsungan hidup generasi tongkonan.
Bagian
Ruang pada bagian badan Tongkonan terbagi atas tiga bagian, yaitu:
- Ruang bagian depan (Tangdo’) disebut kale banua menghadap bagian utara. Tempat penyajian kurban pada upacara persembahan dan pemujaan kepada Puang Matua.
- Ruang tengah (Sali) lebih luas dan agak rendah dari ruang lainnya. Terbagi atas bagian kiri (barat) tempat sajian kurban hewan dalam upacara Aluk Rambu Solo’ dan bagian kanan (timur) tempat sajian kurban persembahan dalam upacara Aluk Rambu Tuka’.
- Ruang belakang (Sumbung) disebut pollo banua (ekor rumah) berada dibagian selatan, tempat masuknya penyakit.
Rumah Tongkonan merupakan tatanan simbol keberadaan keluarga penghuni dan sebagai tempat (pusat) berkumpulnya rumpun keluarga. Selain berfungsi sebagai rumah adat dan simbol status sosial, Tongkonan juga berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan upacara adat yang religius
Rumah tradisional atau rumah adat yang disebut Tongkonan harus menghadap ke utara, letak pintu di bagian depan rumah, dengan keyakinan bumi dan langit merupakan satu kesatuan dan bumi dibagi dalam 4 penjuru, yaitu :
- Bagian utara disebut ulunna langi, yang paling mulia;
- Bagian timur disebut mataallo, tempat matahari terbit, tempat asalnya kebahagiaan atau kehidupan;
- Bagian barat disebut matampu, tempat matahari terbenam, lawan dari kebahagiaan atau kehidupan, yaitu kesusahan atau kematian; dan
- Bagian selatan disebut pollo’na langi, sebagai lawan bagian yang mulia, tempat melepas segala sesuatu yang tidak baik.[18]
Rumah Tongkonan yang di renovasi tetap mengikuti bentuk asli, namun ada beberapa bagian yang sudah mengalami perubahan. Atapnya tidak lagi dibuat dari bambu tetapi sudah diganti dengan atap seng. Begitu pula dengan dinding rumah tetap terbuat dari kayu namun ukirannya sudah tampak penuh demikian juga tiang utama, depan dan belakang pun sudah diukir. Di dalam ruang tengah yang dulunya ada dapur untuk memasak sekarang sudah ditiadakan. Biaya untuk merenovasi rumah Tongkonan keseluruhannya membutuhkan uang yang jumlahnya sangat banyak kurang lebih Rp 1 Miliar. Keadaan sekarang sekalipun Tongkonan sudah di renovasi atau dibangun kembali tetap tidak digunakan sebagai rumah tinggal oleh keluarga memiliki Tongkonan. Namun hanya sekarang digunakan untuk menerima tamu.