Papa Batu Tumakke (Tongkonan Atap Batu)

Rumah Tongkonan yang dibangun sekitar tujuh ratus tahun yang lalu oleh seorang bernama Butu Batu. Yang membedakan Tongkonan ini dengan rumah Tongkonan lainnya adalah atapnya yang terbuat dari batu andesit dan batu padas membuat tampilannya unik dan megah.

Papa Batu adalah nama Tongkonan yang terletak di Lembang Tumakke di kecamatan Rembon Tana Toraja. Rumah tersebut dibangun sekitar tujuh ratus tahun yang lalu oleh seorang bernama Butu Batu. Yang membedakan Tongkonan ini dengan rumah Tongkonan lainnya adalah atapnya yang terbuat dari batu andesit dan batu padas membuat tampilannya unik dan megah. Ini adalah satu-satunya Tongkonan yang masih tersisa dengan atap batu. Karena tingginya biaya pembangunan untuk material dan konstruksi, hanya orang-orang paling kaya yang dapat membangun rumah unik ini.

Atap Tongkonan Papa Batu yang tidak biasa ini terbuat dari potongan batu berbentuk persegi dengan dua buah lubang di bagian atas, kiri dan kanan, digunakan untuk mengikat ubin pada rangka atap dengan menggunakan tali rotan. Bagian atas atap, tempat bertemunya batu-batu di kanan dan kiri atap, ditutup dengan bambu untuk mencegah air hujan masuk ke dalam bangunan.

Dulunya orang yang membangun atap ini tidak memiliki peralatan lengkap, seperti alat ukur modern seperti penggaris. Mereka menggunakan tangan orang dewasa untuk menghitung rata-rata lebar setiap batu, yang setara dengan 40cm hingga 50cm, dan panjang 30cm hingga 60cm, dan tebal 5cm hingga 7cm. Setiap bongkahan batu diperkirakan memiliki berat sepuluh (10) kilogram, dan dengan jumlah batu pada atap berjumlah sekitar 1000 buah, maka diperkirakan berat keseluruhan atap tersebut adalah sekitar sepuluh (10) ton.

Seperti rumah Tongkonan lainnya, badan Papa Batu Tumakke terbuat dari kayu dan lalu diukir dengan berbagai corak tradisional sesuai Aluk Todolo. Pola tersebut antara lain motif matahari, kerbau dan bentuk geometris lainnya. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai pola dan motif ukiran Toraja, lihat bagian halaman yang membahas Ukiran Toraja.

Papa Batu Tongkonan dianggap keramat oleh masyarakat sekitar. Tidak ada seorang pun yang boleh memasuki pintunya tanpa izin, selain keturunan pendirinya. Tamu atau pengunjung harus mengetuk pintu Tongkonan terlebih dahulu sebanyak tiga kali sebelum masuk. Namun, yang menarik dari proses mengetuknya adalah Anda harus mengetuk kusen pintu sebanyak tiga kali dengan kepala, bukan dengan tangan. Legenda setempat menyatakan bahwa jika Anda tidak mengetuk kepala sebanyak tiga kali, Anda akan mengalami kecelakaan atau jatuh sakit dalam perjalanan pulang. Belakangan ini Tongkonan Papa Batu ditutup bagi pengunjung yang hendak memasuki ruangannya karena alasan satu dan berbagai hal.

Papa Batu Tumakke telah mengalami beberapa renovasi selama bertahun-tahun agar tetap aman dan berdiri. Tongkonan tersebut bukan lagi dianggap hanya sebagai sebuah rumah untuk ditinggali, namun merupakan benda bersejarah yang harus dipelihara oleh keturunan pemilik aslinya dan merupakan suatu keajaiban kecerdikan manusia bagi para tamu. Selain Tongkonan ini, terdapat pengrajin di dekatnya yang mengukir motif dan corak tradisional Toraja pada tulang kerbau yang bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh.

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *