Indonesia dan Meksiko telah lama membina hubungan diplomatik, namun diplomasi budaya dapat menjadi resep untuk hubungan jangka panjang.
“[Diplomasi budaya] memungkinkan pertukaran budaya yang membuka jalan untuk menemukan kesamaan antar negara untuk menciptakan hubungan jangka panjang. Ketika Anda menemukan kesamaan, akan lebih mudah untuk mengenal negara lain,” Lizett Aceves, atase kebudayaan Kedutaan Besar Meksiko di Indonesia, mengatakan kepada Jakarta Globe dalam sebuah wawancara, belum lama ini.
“Indonesia dan Meksiko sama-sama merupakan kekuatan budaya karena kekayaan dan keragaman budaya kita. Kita bisa mengambil manfaat darinya melalui diplomasi budaya,” katanya.
Menurut Lizett, diplomasi budaya memberikan berbagai aspek suatu negara yang dapat meruntuhkan stereotip nasional. Diplomat tersebut berpendapat bahwa memerangi kesalahpahaman tentang Meksiko adalah tantangan terbesar dalam mempromosikan budayanya di negara lain. Ketika orang memikirkan “Meksiko”, empat hal yang pertama kali terlintas di benak mereka seringkali adalah kaktus, topi sombrero bertepi lebar yang ikonik, taco, dan tequila.
“Tetapi budaya Meksiko sama beragam dan kayanya dengan budaya Indonesia. Kami lebih dari itu,” kata Lizett.
Untuk mencapai tujuan ini, kedutaan saat ini berupaya untuk meningkatkan pemahaman budaya Meksiko di kalangan masyarakat Indonesia. Mereka aktif melakukan promosi budaya mulai dari bekerja sama dengan komunitas seni lokal Salihara hingga menggunakan media sosial untuk berbagi sejarah tentang seniman terkemuka Meksiko.
Kedutaan juga mengadakan kuesioner untuk mengetahui aspek budaya Meksiko apa yang paling diminati masyarakat Indonesia untuk pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan.
“Kami mencoba mengintensifkan diplomasi budaya Meksiko di negara yang indah ini. Kami percaya bahwa pengetahuan tentang budaya harus dapat diakses oleh khalayak seluas mungkin. Itulah mengapa penting bagi kami untuk mendiversifikasi media promosi kami, termasuk jejaring sosial,” kata Lizett.
Menghormati Orang Mati
Menurut Lizett, menemukan kesamaan dalam kedua budaya yang cenderung diabaikan oleh banyak orang akan memicu minat yang lebih tulus. Atase tersebut menunjukkan bagaimana upacara pemakaman yang dilakukan oleh suku Toraja di Sulawesi Selatan memiliki kemiripan dengan Hari Kematian Orang Meksiko.
“[Upacara pemakaman Toraja] telah menarik perhatian kami karena ini menunjukkan bahwa kami memiliki konsepsi yang sama tentang kematian dan bagaimana kami menghormati orang-orang tercinta yang telah meninggal dunia,” katanya.
“Dalam beberapa film, orang secara keliru percaya bahwa Hari Orang Mati Meksiko adalah semacam Halloween. Namun di sini, kami merayakan kehidupan orang-orang yang telah meninggal dunia. Ini adalah tindakan cinta,” kata Lizett.
Unesco telah menetapkan Hari Orang Mati sebagai warisan budaya takbenda kemanusiaan. Dirayakan setiap tanggal 1-2 November, perayaan adat ini memperingati kepulangan sementara orang-orang terkasih yang telah meninggal. Orang-orang akan meletakkan makanan favorit orang yang meninggal di atas altar rumah atau ofrenda yang dihias dengan bunga marigold.
Ritual kematian masyarakat Toraja yang terkenal adalah ritual ma’nene yaitu penggalian dan perawatan jenazah orang yang meninggal. Masyarakat Toraja akan mendandani orang yang meninggal dengan pakaian baru. Ritual tiga tahunan ini mencerminkan pentingnya membina ikatan yang kuat dengan anggota keluarga.
Saat Dua Pecinta Makanan Bertemu
Selama wawancara, Lizett menggambarkan orang Indonesia dan Meksiko sebagai “pecinta kuliner”. Masakan Indonesia dan Meksiko memiliki cita rasa yang kuat dan pedas yang sesuai dengan selera orang Indonesia, begitu pula sebaliknya.
Dalam kaitan ini, pangan atau gastrodiplomasi menjadi agenda utama KBRI di Indonesia. Namun, mempromosikan masakan asli Meksiko memiliki kendala tersendiri, kata Lizett.
“Salah satu tantangan di Indonesia, dan saya berani katakan di seluruh dunia, adalah kesalahpahaman terhadap budaya Meksiko, termasuk gastronomi. […] Ketika memikirkan masakan Meksiko, Anda akan selalu berpikir tentang burrito dan taco. Biasanya , Anda mungkin berpikir taco memiliki cangkang yang renyah, tetapi itu bukan taco [Meksiko]. Taco [Meksiko] menggunakan tortilla jagung yang lembut. Varian taco [renyah] itu adalah Tex-Mex.”