Ritual Ma’nene adalah ritual tradisional di Toraja dimana jenazah leluhur keluarga Toraja akan dibersihkan, digantikan baju dan kainnya. Ma’ Nene’ merupakan sebuah ritual adat dalam budaya Suku Toraja. Ritual ini merupakan sebuah ritual dimana mayat yang berusia puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu dikeluarkan dari dalam liang kuburan untuk dibersihkan dan diganti baju dan kainnya. Ritual adat ini termasuk dalam upacara adat Rambu Solo’ (kematian).
Prosedur
Ritual ini diawali dengan datangnya para anggota keluarga ke Patane/Liang untuk mengambil jasad sanak saudara yang telah meninggal dunia. Patane/Liang adalah kuburan berbentuk rumah tempat menyimpan mayat.

Sebelum membuka peti dan mengangkat jenazah, tomina akan membacakan doa dalam Bahasa Toraja kuno serta memohon izin kepada leluhur agar masyarakat mendapat rahmat dan keberkahan setiap musim tanam hingga panen. Tomina sendiri merupakan gelar adat yang diberikan kepada orang yang dituakan atau tetua, dapat juga berarti imam atau pendeta.
Kemudian jasad tersebut dibersihkan menggunakan kuas setelah dikeluarkan dari Patane/Liang dan pakaiannya diganti dengan kain atau pakaian baru. Setelah pakaian baru terpasang, jenazah tersebut dimasukkan kembali ke Patane/Liang. Rangkaian acara Ma’nene ditutup dengan berkumpulnya anggota keluarga di rumah adat Tongkonan untuk beribadah bersama.
Biasanya ritual Ma’nene dilakukan serempak satu keluarga atau bahkan satu desa, sehingga tradisi ini berlangsung cukup lama. Waktu pelaksanaan Ma’nene berdasarkan kesepakatan bersama keluarga dan Ne’tomina melalui Musyawarah Desa. Tradisi ini digelar sekali dalam kurun waktu tiga sampai empat tahun untuk mempererat silaturahmi sehingga keluarga yang berada di perantauan bisa menjenguk orang tua atau Nene To’dolo (nenek moyang).
Ritual Ma’nene berbeda-beda tergantung wilayah Toraja mana yang melaksanakannya. Meski tidak menggunakan istilah Ma’nene, di beberapa wilayah Toraja bagian selatan anggota keluarga mendandani dan membersihkan Tau-Tau almarhum, sebuah acara yang biasa diadakan setelah panen. Khususnya di wilayah Tana Toraja, penduduk desa yang masih menganut Aluk Todolo melakukan Mantata’da, yang dianggap sebagai bentuk Ma’nene yaitu memberikan persembahan makanan kepada leluhur. Di bagian utara Toraja, seperti Sesean dan Pangala’, anggota keluarga mengeluarkan kerabat yang meninggal dari pemakaman di tebing, patane dan batu besar untuk mendandani dan membungkus kembali almarhum dengan kain yang baru.